KALIMANTAN NEWS – Pernahkah Anda merasa lebih mudah mengingat kejadian buruk ketimbang momen menyenangkan?
Misalnya, dimarahi guru di depan kelas masih teringat jelas hingga bertahun-tahun.
Sementara hadiah ulang tahun yang pernah didapat malah samar-samar.
Fenomena ini bukan sekadar perasaan, melainkan bagian dari cara kerja otak manusia.
Table of Contents
TogglePsikolog menyebut fenomena ini sebagai negativity bias, yaitu kecenderungan otak lebih fokus pada pengalaman buruk.
Menurut penelitian di Review of General Psychology (Baumeister et al., 2001), informasi negatif berdampak lebih kuat terhadap emosi dan memori dibanding informasi positif.
Secara evolusi, otak manusia memang dirancang untuk mengingat bahaya agar bisa bertahan hidup.
Misalnya, seseorang yang digigit ular pasti akan lebih waspada ketika melihat ular lain.
Jika otak tidak menyimpan ingatan buruk itu, kemungkinan besar nenek moyang kita sulit bertahan hidup di alam liar.
Hal buruk biasanya melibatkan emosi yang intens, seperti takut, marah, atau sedih.
Emosi kuat ini mengaktifkan bagian otak bernama amigdala, yang berperan dalam memperkuat ingatan.
Studi dalam Journal of Neuroscience (2016) menunjukkan bahwa peristiwa dengan emosi negatif lebih mudah melekat karena otak menganggapnya penting untuk diingat.