KALIMANTAN NEWS– Banyak orang bilang mereka bisa mencium “bau hujan” sebelum tetes pertama jatuh.
Bau itu khas: segar, lembap, bercampur aroma tanah.
Tapi ternyata, tidak semua orang bisa merasakannya dengan jelas. Kenapa bisa begitu?
Istilah ilmiah untuk bau hujan adalah petrichor. Bau ini muncul ketika hujan turun ke tanah kering dan memecah senyawa organik tertentu.
Table of Contents
ToggleSalah satunya adalah geosmin, zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri tanah bernama Actinobacteria. Geosmin inilah yang memberi aroma khas “tanah basah.”
Tidak semua orang punya sensitivitas penciuman yang sama. Ada yang punya reseptor penciuman lebih peka terhadap geosmin, ada juga yang kurang sensitif sehingga hampir tidak bisa mendeteksi bau tersebut.
Menurut Scientific American, manusia bisa mencium geosmin pada konsentrasi yang sangat rendah, bahkan lebih peka dari anjing dalam hal ini. Tapi tetap, kepekaan tiap orang berbeda.
Penelitian dalam bidang genetika menunjukkan, variasi gen pada reseptor penciuman bisa memengaruhi seberapa kuat seseorang mendeteksi bau tertentu, termasuk bau tanah atau hujan.
Jadi, ada faktor bawaan yang membuat satu orang lebih tajam hidungnya daripada orang lain.
Orang yang tinggal di daerah pedesaan atau sering berinteraksi dengan tanah biasanya lebih familiar dan peka dengan bau hujan.
Sementara orang kota yang sehari-harinya lebih akrab dengan bau asap kendaraan mungkin tidak terlalu menyadarinya.
Bau hujan sering memicu nostalgia atau memori tertentu. Menurut Frontiers in Psychology, penciuman punya hubungan kuat dengan ingatan.
Jadi, ada kemungkinan seseorang lebih menyadari bau hujan karena otaknya mengaitkannya dengan pengalaman emosional tertentu.
Jadi, Apakah Bisa Mencium Bau Hujan Adalah Hal Normal?
Sangat normal. Sama seperti indera perasa atau pendengaran, penciuman setiap orang punya sensitivitas berbeda.
Jadi kalau kamu tidak bisa mencium bau hujan, bukan berarti ada yang salah hanya saja reseptor hidungmu tidak sepeka orang lain terhadap geosmin.(*/KN)
Editor: Ipik G