KALIMANTAN NEWS – Telat lima menit mungkin terlihat sepele.
Tapi pernahkah kamu sadar, keterlambatan kecil bisa memengaruhi reputasi, hubungan sosial, bahkan peluang karier?
Pertanyaan yang sering muncul apakah datang telat itu normal?
Penelitian Kruger & Evans (2004) menemukan fenomena time optimism, yaitu kecenderungan orang terlalu percaya diri soal waktu.
Kita merasa bisa sampai tepat waktu, padahal kenyataannya sering meleset.
Otak cenderung meremehkan durasi perjalanan atau persiapan.
Akibatnya, telat terasa biasa padahal dampaknya nyata.
Di Indonesia, istilah jam karet sudah akrab.
Dalam acara santai seperti arisan atau pesta, datang sedikit telat kadang masih dimaklumi.
Namun, dalam konteks formal seperti sekolah, rapat kerja, atau wawancara, keterlambatan jelas merusak citra profesional.
Di negara-negara maju, bahkan telat lima menit bisa dianggap bentuk ketidaksopanan.
Menurut Sirois & Pychyl (2013), orang yang suka menunda atau procrastinator lebih rentan telat karena sulit mengatur waktu.