Ini Alasan Hal Buruk Lebih Mudah Diingat Dibanding Hal Baik

Seorang laki-laki marah tanpa alasan yang jelas. Sumber : Pinterest

KALIMANTAN NEWS – Pernahkah Anda merasa lebih mudah mengingat kejadian buruk ketimbang momen menyenangkan?

Misalnya, dimarahi guru di depan kelas masih teringat jelas hingga bertahun-tahun.

Sementara hadiah ulang tahun yang pernah didapat malah samar-samar.

Fenomena ini bukan sekadar perasaan, melainkan bagian dari cara kerja otak manusia.

Otak Lebih Peka pada Hal Negatif

Psikolog menyebut fenomena ini sebagai negativity bias, yaitu kecenderungan otak lebih fokus pada pengalaman buruk.

Menurut penelitian di Review of General Psychology (Baumeister et al., 2001), informasi negatif berdampak lebih kuat terhadap emosi dan memori dibanding informasi positif.

Mekanisme Bertahan Hidup

Secara evolusi, otak manusia memang dirancang untuk mengingat bahaya agar bisa bertahan hidup.

Misalnya, seseorang yang digigit ular pasti akan lebih waspada ketika melihat ular lain.

Jika otak tidak menyimpan ingatan buruk itu, kemungkinan besar nenek moyang kita sulit bertahan hidup di alam liar.

Emosi Negatif Memperkuat Ingatan

Hal buruk biasanya melibatkan emosi yang intens, seperti takut, marah, atau sedih.

Emosi kuat ini mengaktifkan bagian otak bernama amigdala, yang berperan dalam memperkuat ingatan.

Studi dalam Journal of Neuroscience (2016) menunjukkan bahwa peristiwa dengan emosi negatif lebih mudah melekat karena otak menganggapnya penting untuk diingat.

Pikiran yang Terus Mengulang

Selain itu, manusia cenderung mengulang-ulang pengalaman buruk dalam pikiran atau dikenal dengan istilah overthinking.

Riset di Journal of Experimental Psychology (2014) menjelaskan bahwa pengulangan mental atas peristiwa negatif membuat memori semakin kuat tertanam.

Contoh Sehari-hari

  1. Anda mungkin lupa kapan terakhir kali dipuji atasan, tapi masih mengingat jelas komentar pedas rekan kerja.
  2. Uang hilang Rp50 ribu bisa terasa lebih membekas daripada saat mendapat bonus Rp100 ribu.
  3. Dimarahi di depan umum bisa diingat bertahun-tahun, sedangkan kebaikan kecil dari orang lain cepat terlupakan.

Bisakah Dikendalikan?

Meski otak lebih condong menyimpan hal buruk, ada cara sederhana untuk melatih diri agar lebih seimbang:

  1. Menulis jurnal syukur, catat minimal tiga hal positif setiap hari.
  2. Latihan mindfulness atau meditasi, melatih otak fokus pada momen saat ini.
  3. Batasi paparan berita negatif berlebihan, karena otak lebih mudah merekam hal buruk.
  4. Berbagi cerita positif, semakin sering dibicarakan, semakin kuat memorinya.

Dengan cara ini, kenangan positif juga bisa tertanam lebih dalam, mengurangi dominasi pengalaman negatif dalam pikiran kita.

Hal buruk lebih mudah diingat karena otak punya alarm alami untuk melindungi diri dari bahaya.

Namun, dengan melatih pola pikir positif dan kebiasaan sederhana, kita bisa menyeimbangkan ingatan agar tidak terus terjebak pada kenangan buruk.(*/KN)

Editor: Ipik G

Lebih Mudah Dingat

Baca Juga